Monday, June 14, 2010

When Illusion Meet Reality

Illusion creates poetry. Reality shatters it. Both are equally beautiful.
-deelestari.


aku marah. marah saat kamu bilang "maaf"
aku kesal. kesal saat kamu bilang "merasa bersalah"
aku menangis. menangis saat kamu bilang "sedih"

maksudku menyukaimu bukanlah itu. bukan untuk kata maaf, bukan untuk merasa bersalah, apalagi untuk merasa sedih. karenaku. olehku.

maksudku menyukaimu, sekian lama, adalah untuk menginginkanmu bahagia. untuk senyum kekanakanmu, untuk tawa gembiramu, untuk sebuah kata terima kasih. karena kamu tau, ada aku, yang menginginkan semua itu.

aku tidak mau menyesal sayang padamu, aku tidak mau meninggalkanmu dengan cinta tak terucapkan, tidak mau menyerah pada kenyataan, dimana aku harus paham, menerima dan merelakan. aku tetap ingin sayang padamu sampai nanti aku berdamai dengan diriku sendiri.

aku tidak ingin kamu tau, tentu saja.
tapi dimana lagi aku menyembunyikannya?

seperti dua kapal yang berpapasan sewaktu badai, kita telah berpapasan satu sama lain; tapi kita tidak membuat sinyal, kita tidak mengucapkan sepatah katapun, kita tidak punya apa apa untuk dikatakan.
-oscar wilde

haruskah kita seperti itu?

No comments:

Post a Comment